..and the cold is never bothering me anymore..

Wrong is wrong, even if everyone is doing it..

Right is right, even if no one is doing it..

Senin, 12 Oktober 2009

chapter 1 — Lily

aku terdiam,
aku tersadar,
bahwa dalam hidupku, kaya dengan pengalaman..
tapi slama ini aku hanya mengeluh selalu berkekurangan,
manusia ini ternyata masih belum belajar banyak dari setiap adegan dalam naskah hidupnya..

aku tersadar,
bahwa saat pertama kali aku bertemu dengannya dalam sebuah awal hidupku di bangunan biru itu,
ak ga mungkin suka padanya,
bahkan mungkin hanya ketakutan karna memandang tubuh tinggi penuh warna kegelapan itu..
aku hanya anak kecil yang baru keluar dari sarang,
yang mungkin baru saja menangisi indukku yang melepaskanku pergi.

pertemuan demi pertemuan,
aku ga tau bermula dan berawal darimana,
tah dari perebutan kulit bundar atau dari persekutuan dalam hadirat Tuhan,
yang pasti aku mulai belajar mengenal mahluk dengan idealismenya yang tinggi itu,
idealisme yang brusaha menolak kemapanan,
yang awalnya tak kumengerti dan bahkan pernah aku anggap sebagai sebuah penolakan terhadap berkat dari Tuhan.

dia bukan milikku,
itu menjadi 1 hal yang pasti,
bahkan saat orang-orang berpikir bahwa akulah satu-satunya wanita yang lekat dengannya selain”dia”,
karena walaupun aku mengerti isi otaknya tentang beberapa hal,
ak masih saja tak mengerti tentang perasaannya..id, ego dan super egonya..

aku menangis,
pertama kalinya tanpa air mata,
itu karna dia..
karna ucapannya yang tah sadar atau tidak telah dia lontarkan kepadaku,
setelah 104 minggu aku mengenalnya,
“kamu bukan siapa-siapa, dek..jadi bersikaplah seperti orang lain pada umumnya”

ternyata aku sombong,
merasa mengenal dia jauh melebihi siapapun,
merasa berhak untuk menanyakan kabarnya karna saat dia mlakukan hal yang sama, aku akan menjawabnya..penuh dengan sukacita..

dia tak pernah tahu,
bahwa aku sangat menghargai setiap kata yang ia ucapkan padaku,
setiap curhatan yang ia ceritakan padaku,
setiap idealisme dan pemikirannya terhadap banyak hal,
bahkan..
saat aku melihatnya memeluk wanita yang pernah jadi kekasihnya di depan mataku,
saat dia pergi menemui orangtua kekasihnya yang baru,
ak tetap mengasihinya..

tapi ternyata memang aku bukan siapa-siapa,
jadi sekarang aku lepaskan,
aku keringkan benih tanaman yang bernama Cinta Kasih itu,
yang memang harus layu karna Matahari memang milik semua orang,
bukan hanya milik satu bunga yang bernama Lily ini.

Walaupun ak tak berani menjamin apakah benih itu akan tumbuh kembali,
untuk mencoba peruntungannya lagi,
mekar dengan bantuan manusia, serangga atau dengan bantuan angin..
atau mekar karna ingin kembali merasakan panasnya sengatan matahari,
aku tidak tahu..

Setahun yg lalu..

19 September 2008

Hidup ternyata ga hanya berkisar antara rasa suka & tidak suka. Saat kita bertemu lawan jenis yang cukup menarik & kita bisa berhubungan dekat dengannya, ternyata banyak hal lain yang perlu diperhatikan. Pengendalian diri misalnya. Apalagi saat kita baru mengenal luarnya tanpa mengetahui isi hatinya yang paling dalam.
Aku belajar bahwa pengendalian diri itu penting karna Setan ternyata sangat gencar dalam menggoda apalagi saat sudah ada ketertarikan fisik. Kurungan hati yang sudah kita jaga baik-baik kadang bisa terbuka karna adanya dorongan napsu. Tindakan yang sebelumnya bisa terkontrol sekarang mungkin sudah tidak bisa lagi.
Aku belajar bahwa komitmen itu penting dalam hubungan lawan jenis yang sudah mengarah ke intens karna itu bisa menjelaskan arti dari sbuah prasaan. Bagaimana sebenarnya kita bertanggung jawab terhadap prasaan kita pada orang lain itu.
Aku belajar bahwa sedalam apapun kita suka/ cinta/ sayang terhadap seseorang, blum tentu kita brani berkomitmen untuk menjalin hubungan dengan orang tersebut. Ada kalanya ”pengikatan hubungan” dalam bentuk hal yang bernama ”komitmen” membuat kita takut untuk melangkah lebih jauh dalam sbuah hubungan.
Aku belajar bahwa ketakutan terhadap komitmen itu bisa mengakibatkan adanya pengingkaran prasaan. Prasaan yang sebelumnya dr cinta bisa jd sayang, dr sayang pun bisa brubah ”hanya” menjadi suka. Hanya karna takut bila sudah mencapai tahap cinta, akan dihadapkan pada komitmen untuk saling menjaga hubungan dll. Padahal yang sbenarnya terjadi, komitmen itu akan terbentuk dengan sendirinya tanpa ada paksaan karna kita uda pada tahap lebih dari sayang ke pasangan kita itu. Shingga kita tanpa sadar/ dng ksadaran pun akan slalu menjaga perasaannya.
Dari kesemuanya itu aku belajar bahwa itulah perjalanan kehidupan. Jalan yang uda Tuhan rancang dalam kehidupan. Tinggal terserah kita, maw memilih jalan yang lurus ato yang berkelok-kelok. Jalan yang lebar ato yang sempit. Jangan khawatir tersesat karna aku slalu yakin bahwa Tuhan pasti akan slalu menemukan kita kembali dan membawanya pulang kepadaNYA. Aku mengucap syukur aku dkasi cobaan dan ujian yang teramat berat karna hanya dengan itu aku baru bisa sadar dan malu bahwa aku terlalu mengandalkan diri sendiri dan mengecewakan Tuhan yang senantiasa mengulurkan tangan pertolonganNYA tanpa knal lelah.

Selamat mnempuh perjalanan teman-teman! Makasi untuk sgala hal yang telah kau ”lakukan” bang..aku sedang belajar bersikap dewasa dalam menghadapinya..

Jumat, 09 Oktober 2009

CoffeeAddict

today i woke up late..
because lately i love to re-design some cards, editing some picture via online,
and of course..
drinking chochocinno mocca frappe from goodday *emang ada?ngarang mode ON* ^^
coffee for me is like an alcohol for drunker and like nypam for a user..
sometimes it has 2 different effects,
when i need to finishing my scrips**t,coffee could help me to continue to be awakened.
but,If I want to fast slept..coffee could make me sleep was more sound.
Pleasant but also frightening, cause of depending the coffee to determine my fate..
to fast asleep or stayed up all night for a night.

like now,
i woke up at 9 o'clock inde morning..
and i just can sleep when the clock is rang four times..huh.

Virginity *based on me*


Virginity atau dalam bahasa indonesianya bisa diartikan sebagai keperawanan itu adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Karena menyangkut unsur seksualitas yang sekarang sedang marak-maraknya dicekal oleh Pemerintah. Tetapi tidak untuk masa sekarang. Kenapa bisa begitu? Karena aku tidak bermaksud untuk menuliskan tentang unsur-unsur yang ada di dalamnya, tetapi hanya realita kehidupan yang terjadi saat ini.

Aku tertarik cerita tentang tema ini awalnya karna aku tinggal atau lebih tepatnya menuntut ilmu di sebuah kota yang terkenal dengan pendidikannya. Namun, dari awal aku kuliah di sinipun aku sudah mendengar banyak cerita tentang kehidupan mahasiswanya. Saat masih semester awal, aku dengan semangat ’45 selalu menentang pendapat orang tua + teman-temanku di rumah yang mengatakan bahwa kota tempat aku kuliah itu adalah kota yang bejat, penuh dengan kemaksiatan. Aku tidak terima dikatakan seperti itu, karna aku tidak pernah melihat secuilpun bentuk kemaksiatan itu. Mungkin hal itu bisa terjadi karna aku sudah terlebih dahulu dibentengi oleh ayahku dengan dasar iman yang kuat + kos-kosan yang ditutup gerbangnya pada jam 9 malam dan larangan untuk lelaki masuk ke dalam area kos. Hebat bukan? sudah sangatlah biasa jika aku diejek teman-teman yang berkunjung ke kosku, ”ini kos atau penjara sih, vie?”. Sebenarnya jam malam itu bukan masalah jika aku memang berniat berbuat nakal, karena toh aku sudah beberapa kali pulang larut malam karna ada ulang tahun sahabat atau jadi panitia acara festival band di kampus. Belum lagi mas penjaga kos yang bisa diajak kongkalikong. Namun, buktinya sampai sekarang aku ga pernah berniat melanggar amanat orang tua ataupun merusak kesucianku sendiri. Hal yang klise namun aku dari awal percaya banget kalau kita sendiri aja tidak menghargai tubuh kita, jangan harap bahwa orang lain akan melakukannya untuk kita. Betul kan?


Pendapatku itu akhirnya ditampar keras oleh kenyataan yang ada. Akhirnya aku mengenal sesosok laki-laki yang dengan permintaan maaf, mengaku padaku bahwa dia pernah melakukan ”hal” itu. Dia minta maaf karena saat itu kami sedang dekat. Ditambah pula dengan kenyataan bahwa gaya pacaran salah satu sahabatku juga rentan dengan hal itu. Kemudian juga ada curahan hati sahabatku yang lain yang mengatakan bahwa dia baru saja putus dengan pacarnya karena pacarnya itu baru saja mengaku bahwa dia sering melakukan seks dengan orang lain atau dengan kata lain bahwa dia sudah tidak ”virgin/perjaka” lagi. Ada juga cerita dari temanku dari fakultas lain yang mengatakan bahwa teman-teman 1 kontrakannya juga sering melakukan itu. Umumnya hal itu sering didukung saat pesta tahun baru. Mereka datang ke sebuah tempat pegunungan seperti Puncak, namun lokal daerah kami. Disana mereka melakukan insting hewani mereka dengan wanita-wanita yang bisa mereka beli/sewa di sana. Sungguh hal yang cukup menohok kepolosanku tentang hal-hal semacam itu.


Akhirnya aku bisa menyimpulkan beberapa hal dari kenyataan diatas. Kebejatan atau kemaksiatan di kotaku ini bisa terjadi karena beberapa hal :
1. Faktor pribadi
Dari sumber yang terpercaya, para pria yang melakukan seks bebas umumnya melakukan sebagai fun. Namun ada juga yang melakukan itu karena ingin membuat jera wanita-wanita nakal di sekelilingnya. Akung sekali, hasrat menjadi superhero kok disalurkan dengan cara yang salah.
Sedangkan untuk wanitanya, aku belum mendapat saksi ahli yang cocok. Namun, dari penelitian para ahli, didapatkan bahwa sekalinya wanita melakukan hubungan seks yang sudah pada tahap intercourse maka wanita tersebut akan merasa ketagihan. Apakah betul? aku juga belum tahu, karena aku belum pernah melakukan juga.
2. Faktor lingkungan tempat tinggal
Dalam hal ini adalah dimana kita tinggal selama kita menempuh ilmu di kota ini. Ada banyak bentuk kos-kosan ataupun kontrakan. Ada yang memakai jam malam, ada juga yang tidak. Ada yang tinggal dengan induk semang atau istilah kerennya bapak & ibu kos, namun ada juga yang tidak. Ada pula kos campur, yaitu lantai 1 untuk pria dan lantai 2 untuk wanita. Kemudian juga hunian yang paling banyak dicari adalah kontrakan, dimana sebagai alasan kemandirian pada awalnya karena semua urusan listrik+air+yang lain-lain diurus sendiri namun pada akhirnya hanya sebagai pendukung aliran ”kebebasan”. Semuanya itu bisa mendukung proses terjadinya kemaksiatan. Karena kurang adanya pengawasan dari induk semang maupun tetangga di sekitar kompleks, membuat kebejatan semakin merajalela.
3. Faktor teman-teman bergaul
Mau tidak mau faktor teman adalah faktor yang cukup signifikan. Pepatah yang mengatakan bahwa saat kita bergaul dengan orang yang pandai, kita akan ikutan pandai dan bergaul dengan penjahat akan membuat kita jadi jahat juga, terkadang ada benarnya. Terutama dalam hal yang berhubungan dengan dunia sex. Jangan heran jika anak yang dibanggakan yang dahulunya alim, namun saat beranjak masuk dunia perkuliahan yang seringkali aku sebut dunia bebasnya anak muda tiba-tiba bisa menjadi maniak sex. Bukan hal mustahil terlebih jika mereka bergaul dengan teman-teman yang hobi download bokep di warnet seperti yang sering aku lihat langsung maupun cerita dari teman-teman yang berprofesi sebagai penjaga warnet ataupun yang sering hangout di klab malam dan berakhir di hotel. Memang tidak semua hal bisa digeneralisasikan. Tetap saja ada pertahanan diri pada masing-masing orang, baik berupa kasih sayang keluarga ataupun agama dimana orang tersebut dapat memilih untuk ikut arus atau tetap berpegang teguh pada pendirian awalnya.
4. Faktor keluarga
Faktor keluarga adalah faktor yang paling sering diremehkan namun sejauh yang aku tahu adalah yang paling penting. Aku pernah dengar cerita tentang seorang anak yang menjadi terkenal di kampusnya sebagai ”ayam kampus” padahal dia berasal dari keluarga terhormat dan kaya di seberang pulau. Tentu saja dia mendapatkan segala hal yang dia mau dari orang tuanya, namun yang aku tidak habis pikir adalah alasan dia melakukan semua itu hanya untuk mendapatkan perhatian orang tuanya. Karena yang aku tahu seringkali profesi itu erat sekali dengan alasan ekonomi. Ada juga cerita dari pacarnya sahabatku yang akhirnya sadar dari dosa seksualnya setelah salah satu orang tuanya meninggal. Sungguh ironi bagi anak muda karna haruskah kita kehilangan orang yang kita cintai dahulu, barulah kita menjadi sadar telah berdosa? Kemudian ada cerita dari teman yang lain dimana sahabatnya tinggal berdua serumah dan bahkan sekamar dengan tunangannya. Aku tidak mau berprasangka dengan apa yang mereka lakukan. Namun aku hanya bertanya-tanya apakah keluarga masing-masing mengetahuinya? ataukah malah keluarganya yang mengusulkan hal tersebut? apakah dalih tunangan dapat melegalkan alasan tinggal berdua dan sekamar tersebut? aku tidak pernah tahu alasannya karena yang aku dapatkan selama ini, tunangan masih bisa putus atau berakhir. Bagaimana perasaan pihak wanita jika dia sudah tidak ”virgin” lagi saat mereka bertengkar hebat yang mengakibatkan putus? bukankah pihak wanita yang akan merugi? selain itu, aku juga memikirkan tetangga sekitar yang pastinya melihat atau bahkan mengetahui peristiwa tinggal serumah tersebut. Ternyata masyarakat sekarang cukup apatis dengan hal-hal semacam ini. Tidak pedulian dan tidak akan ikut campur asalkan bukan anak mereka yang melakukannya atau pasangan tersebut tidak mengganggu kenyamanan kompleks mereka. Kalau begitu, apa gunanya ada ketua RT? apa gunanya juga ada RUU pornografi? semoga pemerintah dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ”kecil” semacam ini, sehingga tidak hanya melihat yang kasat mata berbentuk bugil saja. Amin.