Sudah lama sekali rasanya ga
nulis atau ngeblog yah. Bukan karena ga ada yang mau ditulis. Banyak aslinya
secara tempat sampah kosan aja setiap hari dibuang isinya sama penjaga kosku.
Apalagi isi otak ini yang setiap hari diisi oleh hal baru. Mungkin karena
kebiasaan orang pada umumnya, pulang kerja capek jadinya mau meluangkan waktu
untuk menulis itu malas. Lebih baik dipake tidur-tiduran sambil BBM-an
barangkali.
Jadi
kali ini aku mau bercerita tentang hobi atau kesenanganku. Apakah itu? Eng ing
eng.. yaitu travelling. Tempat yang paling sering dituju adalah pulau, pantai,
air terjun, waterboom, kamar mandi. Yah, segala sesuatu yang berhubungan sama
air lah. Padahal rasi bintangku Virgo lho, bukan Aquarius tapi entah kenapa aku
suka sekali yang namanya air. Asal bukan air hujan aja.
Kebetulan
yang disengaja, pekerjaanku selama ini cukup mendukung hobiku untuk jalan-jalan
itu. Harus mau ditempatkan di seluruh Indonesia. Yak, itulah syarat utama untuk
mendaftar posisi di kantor yang aku lamar ini pada waktu itu. Jelas aku iyakan
karena lumayan jalan-jalan gratis dibayarin kantor. Mulai dari terdampar di
kota minyak yang puanasnya setengah mampus. Udah gitu ngga ada pantai, adanya
mall cuma sebiji yang tiap weekend diisi orang-orang kantor juga yang ketauan
banget niatnya cuma pengen ngadem dari hawa panas di luar yang panasnya
naujubileh. Namun karena covernya sampai ke Tanjung Pinang yang notabene sebuah
pulau kecil di sebelah Batam dan Singapura, lumayanlah bisa sampai sana gratis.
Sayang sekali cabang Batam saat itu belum dibuka, padahal menyenangkan sekali
apabila kita bisa menyeberang ke Singapura dari Batam hanya dengan ngesot
sedikit. Ngesot pake kapal maksudnya. J Selain itu pernah juga terdampar di selatan Sumatra.
Yup, Lampung bos. Kota seribu pantai kalau aku bilang. Pantai terdekat hanya
30-45 menit dari kantor. Itupun pantai dengan banyak pohon kelapa, bukan pantai
seperti di Bali. Jadi bisa dibayangkan hampir setiap weekend aku diculik oleh
trio begundal dari Bandarjaya (2 jam dari Lampung) yang isinya anak rantau juga
seperti aku untuk main ke tiap pantai di Lampung. Hampir semua aku sambangin,
yang belum mungkin hanya Kiluan (pantai laut lepas di barat Lampung yang
jalurnya untuk menuju ke sana kurang begitu baik dan dikelilingi jurang namun
isinya adalah lumba-lumba laut lepas).
Mungkin
banyak orang bertanya kenapa aku suka sekali ke pantai. Menurutku itu
pertanyaan mudah. Daripada main ke Mall dimana nantinya hanya lapar mata dan
kecenderungan wanita itu suka membeli barang-barang yang tidak dia perlukan,
maka lebih baik ke pantai dan mendapatkan ketentraman hati dari debur ombak
yang menyejukkan itu. Hasek.. :)
Pantai
itu passion menurutku. Laut itu obat bagiku. Bahkan di saat banyak hal yang
menjadi permasalahan hidup seseorang, ada kalanya orang tsb membutuhkan waktu
untuk menenangkan diri atau sekedar lepas dari rutinitas hidupnya. Mungkin bagi
sebagian orang, aku akan dianggap tidak memikirkan masa depan. Tidak memikirkan
impian untuk beli rumah atau barang-barang lain untuk nantinya aku hidup
berumahtangga. Yang mungkin tidak orang-orang itu ketahui, aku pernah mempunyai
impian. Aku juga pernah menabung untuk kehidupan masa depanku dengan orang yang
saat itu menjadi pasanganku. Namun kadang aku berpikir bahwa aku membatasi diri
untuk tidak terlalu bersenang-senang dengan diriku sendiri. Jadi saat aku sudah
tidak ada pasangan, pantai dan laut itu semacam obatku. Bahwa aku pun berhak
berbahagia. Bahwa aku tidak seharusnya meletakkan kebahagiaanku pada orang lain
atau pada suatu kondisi tertentu. Jadi saat orang bilang bahwa tidak seharusnya
aku menghabiskan uangku untuk wisata ke Makasar kemarin November atau ke
Bali-Lombok kemarin Januari, mereka tidak tahu bahwa travelling itu obat. Obat
dari segala rutinitas dan kepenatan. Pernah dengar bahwa travelling lah sejauh
mungkin selama kamu muda, karena pada saat tua nanti akan ada hal-hal lain yang
harus dipikirkan. Dan apabila ada berkat berlebih, mungkin kita bisa travelling
juga dengan keluarga atau pasangan kita nanti. Namun anggaplah sebagai
investasi apabila kita pernah mengunjungi suatu daerah, karena pasti ada
sesuatu yang kita ambil dari waktu dan keadaan pada saat kita travelling tsb.
Travelling
yang menyenangkan itu biasanya adalah backpacker. Jangan dikira kalau aku pergi
ke suatu tempat itu pasti ramean. Belum tentu bro. Biasanya cenderung sendirian
(perginya) namun di tempat yang dituju sudah bersiap bala tentara yang siap
mengantar dan mengurus akomodasi..hehe..itulah gunanya punya banyak teman di
banyak cabang/daerah menurutku. Jadi setiap kali kita ingin berwisata ke suatu
tempat, kita hanya menyiapkan tiket pulang pergi dan uang untuk oleh-oleh tentu
saja. Misalnya saja pas ke Makasar kemarin November, aku berangkat dari Bandung
ke Jakarta dulu baru kemudian pesawat langsung ke Makasar. Aslinya sih yang
dituju adalah Pantai Bira di Bulukumba (6-7 jam perjalanan darat dari Makasar).
Namun karena kakek dari kawan yang jadi tour guideku saat itu meninggal pada
saat aku tiba di Makasar, maka aku hanya bisa ke Pulau Samalona, Pantai Losari
dan Air Terjun Bantimurung. Maklum, hanya 4 hari saja aku di Makasarnya. Itupun
juga modal tiket saja karena akomodasi dan penginapan sudah disediakan oleh
kawan-kawan di sana. Jadi yang bilang travelling itu harus mahal tuh mungkin karena
tidak punya banyak kawan :p Padahal ke Makasar itu juga sifatnya mendadak,
karena niatnya ke Bali namun yang di Bali saat itu tidak siap jadi langsung
switch ke Makasar. Gapapalah, yang penting kan liburannya.
Kemudian
pada saat ke Bali dan Lombok bulan Januari. Kali ini niat dan terencana karena
temen yang di Lombok pas mudik ke rumahnya di Ampenan, Lombok di bulan tsb.
Kalau ga ada temen di Lombok, jujur aku ga akan berani backpacking sendiri dari
Bali ke Lombok. Bukan karena ga ada uang, tapi karena cenderung ga aman untuk
wanita backpackeran sendiri ke sana via laut. Yup, via laut bro. Seperti yang
aku ceritakan di atas, aku cenderung mengandalkan teman-teman yang luar biasa
untuk mengantarku kesana kemari pada saat aku berlibur di daerah jajahan mereka.
Namun ada kalanya mereka juga sedang tidak bisa diandalkan untuk mengantar.
Entah untuk urusan keluarga atau urusan pekerjaan mereka. Sehingga saat itu aku
diantar dari Denpasar ke Padang Bai (pelabuhan di Bali) untuk nantinya naik
kapal menuju Pelabuhan Lembar (di Lombok). Aku diantar jam 10 malam, tiba di
Padang Bai jam 12 malam. Bayangin aja suasana pelabuhan jam segitu. Untung aku
uda expert naik kapal dari Bakauheni ke Merak pas di Lampung dulu. Cuman
bedanya kali ini ngeteng alias naek sendiri dengan menggotong koper sendiri ke
atas kapal. Kengerian terjadi pada saat di atas kapal. Kenapa aku tidak
sarankan wanita berangkat sendirian via laut ini dikarenakan di dalam kapal
ternyata jumlah wanitanya bisa dihitung dengan jari alias sedikit sekali. Malam
itu kuhitung cuma ada 5 wanita termasuk aku, agak panik sih cuman kadang aku
bisa dihitung setengah lelaki jadi aku usahain sok kuat. Aku ambil tempat duduk
di pinggiran. Tempat duduknya berbentuk kasur. Kayak bus tingkat di film Harry
Potter yang Prisoner of Azkaban, nah kayak gitu dah cuman ini di dalem kapal.
Sengaja ambil yang di pinggir jalan supaya sewaktu-waktu bisa kabur kalau ada
yang ganjil. Dan emang bener, sepanjang malem aku gabisa tidur karena di
kasurnya banyak kutunya ditambah banyak pria-pria aneh di sekelilingku. Like
what? Here’s the explanation.
1. Pria pertama, duduk di depanku di kursi penumpang biasa menghadap ke arahku. Akunya tidur di tempat duduk berbentuk kasur. Bisa dibayangkan dong ya. Aku tiduran ngadep ke arahnya, dianya duduk ngadep ke arahku. Sumpah, awkward bin aneh banget sikonnya. Ditambah cahaya lampu kapal yang agak redup, pas banget lah. Pas banget pengen kaburnya. Tapi mau kemana nggotong-nggotong koper sendirian. Belahan kapal yang lain tuh penumpangnya lebih aneh bin creepy. Jadi ya aku tahan-tahanin. Belum lagi manusia normal pada umumnya kalau ke gep lagi ngeliatin orang lain kan malu ya, orang ini mah kaga. Dia ngeliatin aku, aku liatin balik, dianya santai tetep ngeliatin. Ya ujung-ujungnya aku yang keki. Tidurnya nutupin muka pake tangan biar ga dia liatin.
2. Pria kedua, tidur di depanku ngadep aku. Tiap kali aku kebangun terus duduk, dia slalu kegep lagi ngeliatin aku. Agak-agak aneh namun bisa kutangani karena kutinggal tiduran lagi aja, toh muke dia ga keliatan kalau sama-sama tiduran.
3. Pria ketiga, tidur di 2 row sebelah kiriku. Sebelah kiriku persis itu kosong, kuisi dengan tas koper kecilku biar ga ilang kalau-kalau ak kebablasan tidurnya. Pria ini awalnya baik-baik aja karena pas aku datang bawa koper, dianya lagi tidur. Eh menjelang kapal merapat kan kapal membunyikan peluit jadinya semua orang bangun. Baik aku dan dia sama-sama terduduk bangun. Awalnya sepele, aku orang yang cukup fotogenik jadinya amat sangat sadar kamera. Pas nengok ke kiri kok dia lagi duduk dengan paha diangkat dan hapenya menghadap ke aku. Ga hanya itu saja, tiba-tiba ada bunyi “jepret” agak kenceng dari arahnya. Godamit, gue dipotret paparazzi ga jelas! Aku nengok dong ke arahnya. Tapi dianya malah ngeliatin balik dengan posisi hape masih di keadaan yang sama. Keki dong ya. Belum lagi aku hitung ada kali 3 kali dia jepretin itu hape ke arahku. Alhasil aku langsung angkat koper dan pindah ke arah kanan kapal. Untung aku nemu ibu-ibu berjilbab lagi tidur. Selamat kataku.
Itulah kenapa
ga selamanya backpacker sendirian itu baik untuk wanita. Backpacker via laut
dari Bali ke Lombok ini salah satunya. Untung selama di kapal aku ditemenin via
telpon oleh orang-orang terdekatku. Walaupun sempet dikatain macem-macem sama
orang-orang terdekat itu karena memilih jalan laut daripada jalan udara.
Yaiyalah, namanya backpacker itu hukum ekonomi berlaku keleus. Harga tiket
pesawat Bali – Lombok sekitar 250-350ribu. Sedangkan harga kapal ini cuma
40ribu. Uang selisihnya bisa untuk beli oleh-oleh lah. Walaupun harga yang
harus dibayar ya harus 5-6 jam perjalanan, bukannya 1 jam perjalanan. Ditambah
ketemu orang-orang aneh di kapal itu. Tapi itu yang namanya pengalaman. Kalau
naek pesawat mah ya gitu-gitu aja pengalamannya, ga ada yang baru kan? Ngeles
dot com. J
Itulah kadang yang dibilang temen-temenku sebagai nekat travelers. Hanya
benar-benar mengandalkan rasa percaya bahwa temen-temen yang asli sana akan
menunjukkanku dan mengantarkanku ke jalan yang benar. Bahkan bertanggungjawab
untuk hidupku selama di sana. Makanya modal tiket PP pun sudah cukup untuk
mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Selanjutnya masih ada beberapa pulau
dan beberapa pantai di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang masih
ingin aku kunjungi. Lagi-lagi harus mulai mensortir nama-nama teman yang bisa
diandalkan tentunya. Dan menunggu saat yang tepat, saat tabungan sudah cukup
atau saat profit perusahaan dibagikan ke karyawan misalnya. Yang pasti sih
segala sesuatu itu mungkin apabila kita memang niat. Contohnya ya anak muda dari
Solo yang sebelumnya belum pernah keluar rumah selain ke Jogja ini sekarang
sudah pernah ke Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Tinggal Maluku dan Irian saja
yang belum pernah aku injak. And it will be soon, I promise. :)